Selasa, 22 Juli 2014

Aku Jelek, Terus Kenapa?

Daridulu, dari zaman nabi -nabi ampe sekarang ntu yang masih aku ga paham itu darimana konsep buruk rupa dan tampan. Jujur aku bingung banget ketika ada orang yang bilang gw tampan, padahal kan muka gw jelek bgt kaya kodok kekeringan mau modar, dan lebih bingungnya lagi itu ketika aku dibilang jelek. Nah, ketika aku ngerasa aku dan dibilang jelek, aku ngrasa ga ada yang salah kan? Lalu kenapa orang-orang jelek lebih terkesan dikucilkan dan dihina? bahkan jika tidak dihina pun, orang akan lebih memilih berteman dengan yang bermuka lebih baik. Sebenarnya simpelnya itu begini, jika orang dilahirkan didunia dengan muka yang ga sepantasnya, salah siapakah itu?
Aku tau mungkin yang ada di benak pemirsa semua mungkin adalah orang tua?
Waduh, kenapa nyalahin orang tua karena bermuka jelek?
atau mungkin mau nyalahin Tuhan?
Ini malah lebih parah lagi, Tuhan disalah-salahkan.
Bisa dipastikan menurut pandangan penulis bermuka positif ini (baca:jelek), kesalahan tersebut adalah kesalahan orang yang mengkonsep kata "buruk rupa" sebagai definisi ukuran keindahan wajah yang negatif.
Mungkin karena hal-hal seperti ini yang menimbulkan banyak perdebatan akhirnya muncul yang namanya "keberuntungan".

Orang-orang yang bermuka seperti aku ini (baca:jelek), dikatakan sebagai orang yang kurang beruntung. Ketika aku mendengar kata kurang beruntung, aku sangat setuju. Karena setidaknya, kata-kata tersebut berbeda dengan kata "tidak beruntung" dengan arti tidak mempunyai keberuntungan sama sekali. Pada waktu tertentu, aku sangat iri dengan orang-orang yang berwajah indah, entah kenapa aku merasa diriku ini memang orang yang terkutuk sehingga Tuhan tak mau memberikan wajah yang indah untukku. Aku sangat iri ketika orang yang bermuka lebih baik mendapatkan lebih banyak teman, dan tentunya lebih mendapatkan respon daripada aku yang bermuka tak pantas (baca:jelek). Aku sangat iri ketika orang yang lebih tampan mendapatkan pekerjaan lebih mudah daripada orang yang bermuka jelek. Aku sangat iri ketika pujian datang kepadaku, datanglah orang tampan tersebut dan pujian tersebut akan langsung berpindah tanpa menghiraukan perasaanku. Perasaan iri , ini kemudian menjadi perasaan negatif yang lebih besar sehingga menimbulkan pertikaianku dengan orang-orang tampan.

Pertikaian melimpah ruah dengan sengitnya, orang-orang jelek terkapar dan orang-orang tampan masih saja berdiri tegak. Mereka yang bermuka lebih tampan dibantu oleh teman-teman mereka dan seakan hanya menyalahkanku saja. Sampai titik itu, aku muak! Aku berubah haluan menjadi negatif. Kulakukan segala sesuatu semauku, sekarang aku tak perduli tampan dan buruk rupa, karena hal tersebut ada karena faktor keberuntungan. Akhirnya aku mencari tahu bagaimana memperluas keberuntungan dan aku mencapai jalan buntu. "Keberuntungan itu tidak bisa diperluas sayang" , keberuntungan itu ada dan tidak adanya tergantung yang memberi. Suara itu membangunkanku dari sadar negatifku, aku mulai bangkit ke alam positif dan berkata pada diriku sendiri, apakah aku telah bersyukur pada Tuhan?

Aku berpikir lebih keras, guling-guling, jongkok ee, garuk kepala sambil cebok, sampai akhirnya aku menemukan hal-hal yang sangat berharga dalam hidup. Hal-hal yang tak akan tergantikan karena amsalah sepele berlatar belakang tampan dan buruk rupa. Aku tersadar dari alam negatifku bahwa meskipun aku Jelek, aku masih mempunyai akal sehat untuk mengabdi pada Tuhanku. Aku sangat beruntung! dilahirkan di keluarga yang mau mengurusku walaupun aku buruk rupa. Samapi aku dewasa, aku membuat masalah sebesar apapun itu, keluarga masih menerimaku. Hingga merambah ke pertemanan, akupun sangat beruntung! aku menemukan teman-teman yang ketika aku bermuka buruk rupapun, Ia masih mau membimbingku ke jalan yang benar. Ketika aku sendiri, temanku menemaniku hingga aku merasa ramai. Meskipun tidak semua teman seperti itu, aku beruntung mempunyai sebagian teman yang mengerti dan memahami.

Merambah ke percintaan, aku sadar aku bermuka jelek. Tapi, aku tak henti-hentinya mendamba wanita cantik. Sampai akhirnya Tuhan mengabulkan doa dan harapanku, aku punya pacar cantik baik hatinya dan rupanya! Aku beruntung! Hingga setelah kuingat ingat semua hal yang berharga dalam hidup, kusadari sesuatu hal yang nyelimpet tapi sangat penting. Beruntung itu hak semua orang, bagaimana cara menyikapi keberuntungan itu adalah pilihan, sedangkan bersyukur itu wajib bagi manusia yang ingin beruntung. Aku, orang yang beruntung karena masih diberi wajah yang buruk rupa tanpa adanya rasa sedikitpun malu untuk mengungkapkannya. Itu ga salah kan?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar