Jumat, 01 Agustus 2014

CEWEK, WANITA< Dan Sebangsanya

bagi merasa wanita atau kewanita wanita-an tolong jangan baca ini, nyesel yakin la sumprit!

Halo kawan kawan

Sekedar ngisi waktu senggang yang terbuang sia sia, dari pada nglamun ndodok nglamun dikamar mandi sambil EE, aku mau menumpahkan imajinasi dan ide-ide ga penting yang menurutku ini FACT dan tak terbantahkan (jere). Semua tulisan dan ide dan informasi disini berdasarkan otak saya, alias menurut saya, bagi yang ga terima silahkan simpan kemarahan anda di hati kecil kalian masing masing, karena ini adalah MENURUT SAYA.

Dilihat dari judul udah jelas terpampang yang mau aku bahas disini, yaitu cewek. Dari sudut pandang lelaki sejati kaya aku ini, cewek itu JELAS sesuatu yang GA JELAS. Kenapa ga jelas? tanya kenapa? Kenapa ga jelas?
Itu si tergantung dari sudut pandang orang, mau dilihat dari dukuhwaluh atau dari brebes, atau dari bolongan hidung juga boleh kalo bisa monggo.

Balik ke ga jelasnya cewek, cewek atau yang biasa disebut wanita itu kadang bisa terlihat sangat indah O.o WOW! kenapa UWOW sekali? ya karena kadang mereka itu terlihat sok imut dan modis dan seksi tapi ga tau akibat kegaya gayaan modisnya itu, (walaupun kadang seneng juga ngliatnya) tapi apa mereka ga pernah mikir apa yang ada dipikiran seorang pria sejati TULEN apabila disodori sesuatu INDAH seperti itu?
Seorang PRIA sejati TULEN, aku yakin mikirnya bakal ga jelas, imajinasi melambung tinggi, dan seseorang akan terbangun dari tidur siangnya haha.
NAH, ga jelasnya itu disini teman teman yang saya hormati, ketika para wanita modus dan seksoy ini berpakaian setengah pemulung setengah gembel berjalan-jalan di Mall, ada yang suit suitin, lha kok mereka marah? padahal kan sudah jelas bahwa mereka berpakaian seperti itu karena pengen dilihat dan dikagumi, nah ketika ada orang suit suit kok malah digampar, Lha trus piye? 
Pernah tuh waktu itu aku pernah denger cerita, jadi ada seorang cewek tuh pakai pakaian setengah gunung, dan setengah paha lagi duduk di terminal, trus ada cowok disampingnya juga lagi duduk. Si cowok ini karena merasa dia pria sejati yang kuat iman, dia menundukan kepala (sampe ngeden keringetan dan ga berhasil) trus dia tegakkan lagi kepalanya tapi sambil merem matanya sambil ngeden juga menahan gejolak (malah kaya orang lagi EE) beberapa usaha dia lakukan sekuat tenaga, tapi apa daya dia menyerah, daripada dikira lagi EE di bangku terminal si cowok yang udah ga tahan itu akhirnya melototin hartanya si cewe, si cewek yang basisnya blka blakan dan frontal itu, langsung ngomong
"DASAR COWOK MESUM!" PLAK!! Si cewek pindah tempat
cap tangan merah masih terlihat di pipi sang pria,
Balik lagi, Lha karepmu piye? sebenarnya pemandangan indah itu disediakan untuk siapa? buat apa ? dan karepnya siapa?
kata bang siapa itu ya yang biasanya tampil habis acara yang mbahas kriminal kriminal ditipi, "Kejahatan itu bukan karena ada niat dari pelakunya, tapi karena ada KESEMPATAN" orang dewasa pasti tau intinya ini.

Trus ada lagi nih sifat cewek yang kadang bikin pusing ndas, cewek itu selalu merasa dirinya setia dan mencinta sepenuh hati, opo? KUPRETT NJLAPET! cewek itu mau setianya kayak apapun pasti ada rapuhnya, nah seperti biasa, cowok pasti sudah tahu titik lemah para cewe cewe rapuh ini, cowok pasti akan siap beraksi ketika cewek sedang rapuh,first step dibaik baikin ,  trus tiba-tiba jadi pendengar setia curhatan cewek yang panjangnya kaya jalan tol, belum ditambah nangis nangis ga jelas yang kadang tiba tiba bikin banjir di Jakarta. dan Si cowok pun mendadak bijaksana sok menasehati dan memberi solusi tanpa masalah,  dan akhirnya BIM SALABIM! benih benih cinta tumbuh. Uopo iki?
 Sejatinya memang cewek itu ga bakalan puas dan setia sama satu cowok, bosen itu pasti datangnya, tergantung cara sepasang kekasih itu mnghadapinya. Setia itu bukan karena sifat dari seorang manusia, tapi dari kemauan dan niat yang dalam (jere maning).

Cewek zaman sekarang ini edan cantik-cantiknya, tidak bisa dipungkiri kalo sekarang cewek jelek hampir ga ada, Lha wong sekarang cewek biasa biasa aja pasti dibilang cantik, yang penting seksoy dan asoyy, cowo juga pasti bilang cewek itu ga jelek. cewek mau cantik ngganya tergantung cara berpakaian mereka, tergantung juga siapa yang memandang, tergantung juga sama situasi dan kondisi. Intine CEWEK itu GA JELAS!


Semua karakter dan nama yang dibuat dalam tulisan ini hanyalah bualan sang penulis belaka, bukan bermaksud untuk menjelek-jelekan dan mengolok-olok, karena menjelek-njelekan itu adalah sifat yang buruk, dan Alhamdulillah yah penulisnya orang baik yang tidak suka menabung.

Kamis, 31 Juli 2014

Alibi Mahasiswa Kadaluwarsa

 Jam menunjukkan pukul 15.20, cuaca terlihat mendung dan terasa menebarkan hawa panas, panas yang rasa-rasanya semutpun dapat bermain Plorodan (baca: Prosotan) di atas kulit sambil berteriak “Yiihaa”.

“Dosennya mana sih? Kok jam segini belom dateng?” Teriak si Markonah.

“Iya kiye, dosen mung bisane omong thok!” Timpal si Taswad.

“Udah jadwal minta diganti sore, eh malah dianya ga datang sendiri. What a shame!” Timpal lagi si Martoleh.

“Udah sante aja, ni kita tunggu sampai jam tengah empat ya, nanti kalo dosennya tetep ga dateng kita pulang aja, komporin juga tuh anak sekelas, hahaha” Saran si Pujiyo

Teman-teman serempak mengangguk seperti robot gedek.

            Sepuluh menit berlalu dan para mahasiswa-siswi yang telah dikompori sedang bersiap-siap untuk berkemas. Pada saat itu pula terdengar suara “Assalamu’alaikum” suara dan nadanya khas pak kyai yang ada di cerita curanmor, Kyai dan Bencoleng.

“Loh loh loh, where the hell do you think you’re going? We haven’t start the class and yet you prepare for going home? ironic” Sang dosen sok keminggris, padahal udah jelas mata kuliah penjaskes.

“Loh sir, we’ve been waiting you for 40 min and 35 sec, we decided to go back home if you still haven’t come, and that would be like 40 min ago. It means you’re late 35 sec sir”. Timpal si Raskin. Mahasiswa gila juga ini ikut-ikutan keminggris.

“Wo wo wo, wait a sec. Yang dosen itu siapa dan yang mahasiswa itu siapa? Kok kalian berani-beraninya memutuskan untuk pulang dan tidaknya? How dare you!”. Balas sang Dosen agak ketus.

“Yang dosen ya emang situ , dan yang mahasiswa ya jelas sini pak” Celetuk Si Taswad dengan suara rendah hampir sama rendahnya dengan suara hati.

“Who the hell dare speak to me like that!? Show your face motherfucker!”. Sang Dosen tak sengaja mendengar celetukan si Taswad, mungkin sang Dosen ini punya telinga kelelawar yang bahkan suara ultrasonik pun terdengar. Apa? Itu hanya mungkin saja. (yang bener infrasonik atau ultrasonik ya?)

            Taswad celingukan dan ngacung dengan wajah yang innocent dan pandangan yang kosong seolah seperti anak kurang gizi yang kekeringan di Somalia. Efek beban pikiran mungkin. Apa? Itu hanya mungkin saja.

            Sang Dosen yang sudah kelibas amarah memuncak langsung mendatangi si Taswad, dan mengeluarkan jurus pamungkas terhebat sepanjang masa. Bagi mahasiswa, deritanya itu seperti sepanjang masa.

“Taswad, nama kamu saya coret dari absensi perkuliahan penjaskes, silahkan mengulang tahun depan ya”. Kata sang dosen dengan gaya sok imut dan pandangan mata seolah memenangkan pertarungan.

“Loh Dos, tolong jangan coret saya dari absensi Dos. Saya sudah semester delapan, saya memang ga punya tanggungan anak pak, tapi saya punya tanggungan ke orang tua untuk lulus tahun depan Dos, saya ga mau ngulang-ngulang mata kuliah lagi, ampun Dos. Saya minta maaf, saya tidak sengaja tadi nyeletuk Dos, tapi emang sepertinya saya ga salah apa-apa Dos, kan tadi sang Dosen yang nanya jadi ya saya yang jawab, harusnya anda senang donk pertanyaan anda terjawab? Tapi ampun pak, saya minta maaf.” Kata si Taswad dengan mata memelas tapi agak ranchu juga si cara maafnya.

            Sebelum sang dosen menimpali ocehan si Taswad yang memang malah menambahkekesuhan sang Dosen, si Pujiyo yang emang notabenenya terlahir sebagai anak paling agak bijaksana (di kelas itu dan saat itu juga) akhirnya angkat suara.

“Sebelumnya saya minta maaf sang Dosen yang terhormat apabila ada kata-kata yang salah dan menusuk hati”.

“Anda memang dosen kita yang layaknya cahaya sang mentari. Memancarkan cahaya indah dan hangat kepada kita (baca: Mahasiswa), mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat demi masa depan kami (baca: Mahasiswa lagi), bak mentari yang memancarkan cahayanya demi kelangsungan hidup tumbuhan di muka bumi. Tapi tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada anda sang Dosen yang terhormat, ketika pertemuan pertama dulu, KITA telah menyepakati yang namanya kontrak belajar, dan siapapun itu dan apapun itu alasannya kita harus mematuhinya”.

“Dalam isi kontrak belajar, toleransi keterlambatan adalah selama 15 menit. Lebih dari itu kita (baca: Mahasiswa lagi) tidak diizinkan masuk kekelas, dan anda pun telah menyetujui bahwa jika melebihi batas waktu 15 menit kelas dianggap bubar dan kita diperbolehkan untuk pulang”.

“Kita sangat sadar dan mengerti Dos bahwa anda sibuk dan mempunyai berjuta-juta masalah dan pekerjaan yang harus dihadapi, karena itu lah kami melonggarkan waktu keterlambatan untuk anda selama 40 menit. 40 menit itu adalah harga mati toleransi kami atas keterlambatan anda yang seharusnya adalah 15 menit”.

“Kami Mahasiswa yang juga manusia, diberi waktu oleh Tuhan sebanyak 1x24 jam sehari sama seperti anda. Kami Mahasiswa bukan seperti budak yang bisa diperlakukan semena-mena. Kami Mahasiswa adalah makhluk Tuhan seperti anda, yang juga punya berjuta-juta masalah dan pekerjaan kami sendiri”.

“Tahukah anda bahwa 30 menit yang lalu Taswad telah ditelepon berkali-kali oleh ibunya supaya cepat pulang agar dapat mengantarkan adiknya yang sedang terkulai lemah di kamarnya menderita penyakit? Tahukah anda bahwa bahwa hanya Taswad yang bisa diandalkan karena orang tuanya sakit-sakitan dan sisa dari saudara-saudaranya tengah merantau mencari rezeki?

Tahukah anda?

Bukan, lebih tepatnya bisakah anda mengerti?










Note: as usual, as always


Perfection is God's

Rabu, 30 Juli 2014

Lalu Lintas, "BANGSAT"

"Bangsat!!"
Dua orang pemuda yang naik motor berboncengan mengeluarkan kata serapahnya di jalanan. Waktu itu, aku yang melihatnya hanya ketawa-ketiwi senyum kecil. Gimana ga ketawa coba, orang mereka itu ngomongnya bisa barengan plus kompak, keras lagi, tanpa dikomando. Saking mantapnya itu orang disekitar juga ikut noleh trus nepok jidat.

Lalu lintas di kota yang kutinggali ini memang ganas banget. Saking ganasnya, jalanan banyak yang tompal dan meskipun udah di tambal-tambal pasti ga bakal tahan seminggu atau dua minggu. Awalnya, aku sangat tidak suka mengumpat dan neko-neko dijalan, sampai akhirnya aku sendiri yang ngalamin kejadian menyebalkan di lalu-lintas kota ini. Kejadiannya udah lama banget, sekitar 5 tahunan, waktu itu aku dalam perjalanan pulang ke rumah. Memang agak terburu-buru si, soalnya waktu itu aku udah pengen banget merebahkan bodiku ini di kasur, capek coiii belajar!

Di tengah jalan, aku melesat bagaikan angin dengan honda supra kesayanganku. Otomatis, motor-motor yang melaju agak selow aku salip. Aku yakin banget waktu itu aku nyalip dengan benar, riting, liat kanan-kiri dan tablas salip. Tapi, ga tau kenapa itu ada seorang pegawai PNS ato apalah itu yang agak kurang terima dengan salipan kecepatan anginku. Aku kaget setengah mati ketika tiba-tiba pas di lampu merah aku pelanin motornya mau berhenti, malah ada motor yang nabrak dari belakang.

"Brak!!"
"Bangsat!"

Spontan aku kaget dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas itu, meskipun ga terlalu keras. Aku menoleh dengan geram dan kulihat ada bapak-bapak dengan seragam krem tadi.

"Maksudnya apa pak!?"

Aku tanya bapak-bapak yang baru berevolusi dari om-om itu. Eh, dianya malah nyerocos ga jelas. Waktu itu aku masih berpikir jernih, karena lampu merah udah lama dan mau berubah jadi ijo, jadi aku saranin untuk minggir tuk menyelesaikan masalah, dan si bapak-bapak tersebut mengiyakan.

Ga taunya, AKU DIKIBULIN! Bangke, pas aku udah minggir, lampu tiba-tiba nyala ijo gitu, bapak-bapak itu malah nyelonong tablas lurus. Aku yang tadi masih berpikiran jernih langsung aja kalap ga karuan dan langsung ngeng ngejar si pelaku tadi.

Rumahku sendiri udah kulewatin hanya untuk mengejar si bapak kurang ajar tadi. Akhirnya beberapa kilometer dari jalanan besar depan rumahku, si pelaku kesalip dan kupaksa untuk minggir. 

"OI PAK! MAKSUDNYA APA!?"
"Lha masnya situ duluan kan yang nyalip-nyalip, kalo pake motor yang bener mas!" pelaku malah berkelit.

Waduh, pikirku udah gila ni bapak-bapak. Otak udah abis masa berlaku kali ya. Akhirnya, balik aku yang marah-marah ga jelas, ditabrak dari belakang lah, dikibulin lah dll. Hingga aku yang ngotot penuh emosi terluapkan dan kunaikkan volume suaraku semaksimal mungkin. Entah kenapa bapak-bapak menciut.

"Gini mas, masnya dari mana emang?" Pelaku bertanya halus-halus.
"AKU DUKUHWALUH PAK! KENAPA EMANG!?" Nada kasar sok menantang kulontarkan, aku juga ga tau kenapa bisa seberani itu, padahal kan aku imut penakut dan ga suka kekerasan. mungkin gara-gara aku emang bener-bener BENAR dan GA SUKA DIBOHONGIN. 

Eh ga tau kenapanya, pak-pak itu malah ngajakin salaman dan minta maaf. Waktu itu aku masih samar-samar inget mukanya, yaitu kayak guru matematika ku pas di Solo dulu, item dan mukanya agak nyebelin (faktor emosi mungkin).
Aku lihat keadaan belakang motorku ternyata masih baik-baik aja, dan akhirnya aku sendiri agak ciut. Terakhir aku kasih wejangan si bapaknya.

"PAK, kalo emang salah itu jangan berkelit. Mentang-mentang situ lebih tua dari saya terus mesti bener gitu? Ga gitu pak, yang tua harusnya contohin anak muda kayak saya ini biar jadi bener, bukannya malah KIBUL terus nyelonong! itu salah PAK!

Si pelaku manggut-manggut aja, dan terakhir kita berpisah. Masalah lalu lintas ini memang udah banyak sering terjadi di kota yang saya tempati ini. Mungkin aturan jalanan di kota ini sama dengan aturan hutan "Siapa yang kuat, dia yang berkuasa". Pengendara yang biasanya patuh malah biasanya diumpat. Contoh ketika lampu merah yang masih "anget", pengendara yang seharusnya berhenti malah di klakson bertubi-tubi agar cepat melaju.

Pengendara yang jalannya dibawah standar cepat, pasti akan ditindas, malah kadang diumpat. Itulah yang akhirnya memicu banyak orang akhirnya memilih untuk mengikuti arus, salip-salipan, ga peduli lampu merah, kata-kata kasar beterbangan di jalanan, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Memang mungkin kita mempunyai kesibukan dengan waktu yang mungkin emang ga bisa dikejar, tetapi kadang kita juga harus ingat, kalo orang lain juga mempunyai kesibukannya sendiri, bahkan mungkin ada yang lebih genting. Kenapa sih toleransi dan empati kita berkurang hanya karena keegoisan kita sendiri?

Bukan berarti yang nulis ini lepas dari semua kesalahan, saya juga manusia dan butuh pengingat. Emang salah kalo saling mengingatkan? Bukankah itu yang dimaksud dengan hidup sosial?
Terakhir, plis keluarkan semua komen menyakitkan kalian, because I hope so.

Selasa, 22 Juli 2014

Yaa

Percaya ga percaya. Aku dlu waktu sd punya cita cita yaitu masuk pondok. Aku disugesti dari kelas tiga sd sampai mau masuk smp untuk masuk pondok. Alhasil ya akhirnya aku masuk sebuah pondok yang ad di kota solo.  Pertama masuk pondok rasanya benar benar mwnegangkan. Pertama kali ditinggal orang tua. Hidup sendiri ( jane sama teman teman) . Dan bayanganku ketika mau masuk pondok itu pondok tmpat yg menyenangkan. Tempat tidur ada sendiri. Tiap malem dikasih susu. Trus lemarinya juga sndiri ya elit gitu lah. Tapi kenyataan berkata terbalik. Susu? ( boro-boro tiap hari . Jadwal pembagian susu sapi jum'at sore aja kadang macet) tempat tidur? Tikar kalo yg ga punya parah lagi ya di lantai. Lemari? 1 lemari kecil ( dibanyakin lowahnya biar kliatan gede dan muat bnyak) itupun dibagi 2 . Dan  itu NYEWA.
Tapi alhamdulillahnya, teman teman saya baik semua. Ada si agus yang kerjaanya itu sok kalem, padahal aslinya setiap mandi di kamar mandi nangis merindukan rumah. Ada juga si andri dia mungkin anak baru tertua ( buset kelas 1 smp udah ad jenggot ama kumis. Bayangin!) Kemudia ad si bom-bom, bocah gendut yang kalo pas makan ada sesuatu yang aneh bergerak. Apa itu? Yap itu alisnya. Aku juga ga tau datang darimana itu keunikannya. Bisa pas makan alisnya ntho ntho gitu. Trus ada si Farhan. Kepanjangannya itu Farhan Marwoto . Tapi dia sering nolak kalo kupanggil 'Wot Wot' padahal itu nama aslinya, dia selalu ngaku ngaku kalo namanya itu Farhan Marwata ( padahal O nya cuman diganti ama A, apa kerennya?) Haishhh macam- macam ini temanku.

Aku Jelek, Terus Kenapa?

Daridulu, dari zaman nabi -nabi ampe sekarang ntu yang masih aku ga paham itu darimana konsep buruk rupa dan tampan. Jujur aku bingung banget ketika ada orang yang bilang gw tampan, padahal kan muka gw jelek bgt kaya kodok kekeringan mau modar, dan lebih bingungnya lagi itu ketika aku dibilang jelek. Nah, ketika aku ngerasa aku dan dibilang jelek, aku ngrasa ga ada yang salah kan? Lalu kenapa orang-orang jelek lebih terkesan dikucilkan dan dihina? bahkan jika tidak dihina pun, orang akan lebih memilih berteman dengan yang bermuka lebih baik. Sebenarnya simpelnya itu begini, jika orang dilahirkan didunia dengan muka yang ga sepantasnya, salah siapakah itu?
Aku tau mungkin yang ada di benak pemirsa semua mungkin adalah orang tua?
Waduh, kenapa nyalahin orang tua karena bermuka jelek?
atau mungkin mau nyalahin Tuhan?
Ini malah lebih parah lagi, Tuhan disalah-salahkan.
Bisa dipastikan menurut pandangan penulis bermuka positif ini (baca:jelek), kesalahan tersebut adalah kesalahan orang yang mengkonsep kata "buruk rupa" sebagai definisi ukuran keindahan wajah yang negatif.
Mungkin karena hal-hal seperti ini yang menimbulkan banyak perdebatan akhirnya muncul yang namanya "keberuntungan".

Orang-orang yang bermuka seperti aku ini (baca:jelek), dikatakan sebagai orang yang kurang beruntung. Ketika aku mendengar kata kurang beruntung, aku sangat setuju. Karena setidaknya, kata-kata tersebut berbeda dengan kata "tidak beruntung" dengan arti tidak mempunyai keberuntungan sama sekali. Pada waktu tertentu, aku sangat iri dengan orang-orang yang berwajah indah, entah kenapa aku merasa diriku ini memang orang yang terkutuk sehingga Tuhan tak mau memberikan wajah yang indah untukku. Aku sangat iri ketika orang yang bermuka lebih baik mendapatkan lebih banyak teman, dan tentunya lebih mendapatkan respon daripada aku yang bermuka tak pantas (baca:jelek). Aku sangat iri ketika orang yang lebih tampan mendapatkan pekerjaan lebih mudah daripada orang yang bermuka jelek. Aku sangat iri ketika pujian datang kepadaku, datanglah orang tampan tersebut dan pujian tersebut akan langsung berpindah tanpa menghiraukan perasaanku. Perasaan iri , ini kemudian menjadi perasaan negatif yang lebih besar sehingga menimbulkan pertikaianku dengan orang-orang tampan.

Pertikaian melimpah ruah dengan sengitnya, orang-orang jelek terkapar dan orang-orang tampan masih saja berdiri tegak. Mereka yang bermuka lebih tampan dibantu oleh teman-teman mereka dan seakan hanya menyalahkanku saja. Sampai titik itu, aku muak! Aku berubah haluan menjadi negatif. Kulakukan segala sesuatu semauku, sekarang aku tak perduli tampan dan buruk rupa, karena hal tersebut ada karena faktor keberuntungan. Akhirnya aku mencari tahu bagaimana memperluas keberuntungan dan aku mencapai jalan buntu. "Keberuntungan itu tidak bisa diperluas sayang" , keberuntungan itu ada dan tidak adanya tergantung yang memberi. Suara itu membangunkanku dari sadar negatifku, aku mulai bangkit ke alam positif dan berkata pada diriku sendiri, apakah aku telah bersyukur pada Tuhan?

Aku berpikir lebih keras, guling-guling, jongkok ee, garuk kepala sambil cebok, sampai akhirnya aku menemukan hal-hal yang sangat berharga dalam hidup. Hal-hal yang tak akan tergantikan karena amsalah sepele berlatar belakang tampan dan buruk rupa. Aku tersadar dari alam negatifku bahwa meskipun aku Jelek, aku masih mempunyai akal sehat untuk mengabdi pada Tuhanku. Aku sangat beruntung! dilahirkan di keluarga yang mau mengurusku walaupun aku buruk rupa. Samapi aku dewasa, aku membuat masalah sebesar apapun itu, keluarga masih menerimaku. Hingga merambah ke pertemanan, akupun sangat beruntung! aku menemukan teman-teman yang ketika aku bermuka buruk rupapun, Ia masih mau membimbingku ke jalan yang benar. Ketika aku sendiri, temanku menemaniku hingga aku merasa ramai. Meskipun tidak semua teman seperti itu, aku beruntung mempunyai sebagian teman yang mengerti dan memahami.

Merambah ke percintaan, aku sadar aku bermuka jelek. Tapi, aku tak henti-hentinya mendamba wanita cantik. Sampai akhirnya Tuhan mengabulkan doa dan harapanku, aku punya pacar cantik baik hatinya dan rupanya! Aku beruntung! Hingga setelah kuingat ingat semua hal yang berharga dalam hidup, kusadari sesuatu hal yang nyelimpet tapi sangat penting. Beruntung itu hak semua orang, bagaimana cara menyikapi keberuntungan itu adalah pilihan, sedangkan bersyukur itu wajib bagi manusia yang ingin beruntung. Aku, orang yang beruntung karena masih diberi wajah yang buruk rupa tanpa adanya rasa sedikitpun malu untuk mengungkapkannya. Itu ga salah kan?